Biografi William Soeryadjaja
William Soeryadjaja - Pendiri PT. Astra Internasional
" I Love Indonesia , I was born and worked for Indonesia " - William Soeryadjaja
Kisah perjalanan bisnis anak pedagang yang bernama Asli Tjia Kian Liong. William telah menjadi yatim piatu pada usia 12 tahun, dan anak kedua dari enam bersaudara, di antara saudara-saudaranya, ia adalah anak laki-laki yang pertama. William, dalam usia yang masih sangat muda, melanjutkan usaha ayahnya, berjualan hasil bumi. Ia tampaknya mewarisi bakat dagang ayahnya.
Sewaktu bersekolah di HCZS (Hollands Chinesche Zendingsschool) di Kadipaten Majalengka, pada masa penjajahan Belanda, ia sempat tidak naik kelas. Namun karena ketekunannya, ia berhasil melanjutkan pendidikannya ke MULO di Cirebon. Dari pelajaran - pelajaran yang diberikan di sekolah, William paling menyukai pelajaran ekonomi dan tata buku. Dengan kedua pelajaran inilah ia membangun seluruh usahanya. Menginjak usia 19 tahun, sekolahnya di MULO, putus di tengah jalan. Ia kemudian banting setir menjadi pedagang kertas di Cirebon.
Selain berdagang kertas, William muda juga berdagang benang tenun di Majalaya. Tak begitu lama, ia beralih menjadi pedagang hasil bumi, seperti minyak kacang, beras, dan gula. “Dengan berdagang, saya dapat membantu kehidupan saudara-saudara saya,” ujar anak kedua dari enam bersaudara keluarga pedagang ini. Hasil berdagang itu, William muda lalu melanjutkan studinya ke Belanda, dengan masuk ke Middlebare Vakschool V/d Leder & Schoen Industrie Waalwijk. Sekolah industri yang mengajarkan penyamakan kulit.
Begitu kembali ke Tanah Air tahun 1949, William mendirikan industri penyamakan kulit, yang kepengurusannya dia serahkan kepada seorang kawannya. Tiga tahun kemudian, William mendirikan CV Sanggabuana, bergerak di bidang perdagangan dan ekspor-impor. Bisnis tetaplah bisnis, dalam menggeluti bisnis ini, ia ditipu rekannya. “Saya rugi jutaan DM,” ujar William.
Pada tahun 1957, William bersama adiknya, Tjia Kian Tie, dan temannya, Lim Peng Hong, mendirikan PT Astra yang belakangan berkembang menjadi PT Astra Internasional. Astra awalnya memasarkan minuman ringan dan mengekspor hasil bumi. Usaha otomotif dimulai pada tahun 1968-1969. Saat itu Astra mulai mengimpor truk dan dalam waktu 13 tahun saja, sudah 72 perusahaan yang bernaung di bawah bendera group itu. Pada akhir tahun 1992, jumlah perusahaannya sudah mencapai sekitar 300 buah, bergerak di berbagai sektor : otomotif, keuangan, perbankan, agrobisnis, dan perhotelan serta properti.
Dalam bisnis otomotif, Astra tak hanya sebatas memasok, tetapi juga mulai merakit sendiri truk Chevrolet. Lalu merakit alat besar, Komatsu, mobil Toyota, dan Daihatsu, sepeda motor Honda, dan mesin fotokopi Xerox. Yang berikutnya pula, akhirnya lahan usaha yang baru ini menjadi “mesin uang” dari PT Astra Internasional.
William selalu mengutamakan pengembangan kemampuan dan peningkatan pendidikan sumber daya manusia. Hal ini di jalankan dalam berbagai program pelatihan dan beasiswa untuk karyawan. Pada tahun 1970-an, banyak karyawannya yang dikirimnya ke Amerika Serikat, Eropa dan Jepang untuk belajar.
William tidak membeda-bedakan karyawannya. Di Astra, banyak tenaga kerja pribumi yang di pekerjakannya, dari tingkat karyawan biasa hingga pimpinan. Ini merupakan wujud kecintaan dan kebanggaannya sebagai orang Indonesia. William sangat mengutamakan nilai-nilai naluri, loyalitas, dan rasa percaya dalam merekrut karyawan. Karyawan di pacu untuk mengembangkan kreativitas mereka dengan menghargai inovasi bisnis mereka untuk diuji coba.
Pada 1992-1993 Astra sempat jatuh ketika bisnis Edward Soerjadjaja, anak sulungnya, ambruk. William pun terpaksa melepaskan banyak sahamnya di PT Astra sebagai bentuk tanggung jawab pribadinya dan pengorbanannya demi anaknya. William menjalani semuanya dengan pasrah dan penyerahan.
Membuka lapangan kerja, adalah salah satu impiannya yang tetap membara dari dulu hingga kini. Sebuah impian dan obsesi yang dilandasi kepeduliannya kepada sesama , keluar dari dari tekanan dan melangkah maju kedepan serta Impian inilah yang mendorong ia membeli 10 juta saham PT Mandiri Intifinance dan berinvestasi dalam pengembangan usaha petani kecil serta usaha-usaha kecil dan menengah. Agar dapat menciptakan lapangan-lapangan kerja baru dan meningkatkan daya beli masyarakat, yang pada akhirnya akan mengangkat bangsa ini dari keterpurukan.
William Soeryadjaja, pendiri PT Astra Internasional Inc (sejak tahun 1990, Tbk), meninggal dunia hari Jumat (2/4/2010) pukul 22.43 di Rumah Sakit Medistra, Jakarta Selatan. William sebelumnya beberapa kali dirawat karena sakit. Terakhir, ia dirawat tanggal 10 Maret dan sejak hari Kamis (1/4/2010) dirawat di unit rawat intensif (ICU). Jenazah disemayamkan di rumah duka RSPAD Gatot Subroto, Jakarta Pusat, hingga Senin (5/4/2010).
Walaupun sosoknya sudah tiada tapi kisahnya akan tetap di kenang dan patut di terapkan ketika berbinis. Sikap William yang patut di contoh adalah Kepeduliannya yang tinggi terhadap karyawannya dan rekan bisnisnya yaitu , pengusaha kecil. Sikap lainnya adalah Kepeduliannya terhadap pendidikan , sikap religius yang ia pegang teguh dalam berbisnis dan kepeduliannya terhadap bangsa Indonesia dengan berpartisipasi dalam membentuk lapangan pekerjaan, seperti salah satu impiannya serta tidak melupakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dan sangat mencintai keluarganya.
William menjalani bisnisnya dengan mental yang kuat , keterpurukan dalam berbisnis bukanlah akhir dari bisnisnya , tetapi awal dari suatu perjalanan bisnisnya. Ia menjalani bisnisnya dengan semangat dan tekad yang kuat serta percaya keberhasilan dapat diraihnya dengan kerja keras bersama dengan karyawannya dan rahmat dari sang Pencipta.
Biografi William Soerdjaja
Comments
Post a Comment